Sunday, December 14, 2014

Tugas ISD 5 : Negara Berkembang dengan Aspek Sosial yang Baik

Bicara tentang negara yang paling baik aspek sosialnya, hal ini tentunya didominasi oleh negara-negara maju. Irlandia dikenal dengan sejarah toleransinya. Sebuah survei tahun 2012 oleh Komisi Eropa tentang diskriminasi di Uni Eropa menemukan bahwa 79 persen dari penduduk Irlandia menggambarkan diskriminasi berdasarkan agama atau kepercayaan adalah langka atau tidak ada di Irlandia. Dalam berbagai penelitian pun, Irlandia termasuk ke dalam salah satu negara paling ramah sedunia dalam menyambut wisatawannya. Walaupun tidak dapat disejajarkan dengan baiknya aspek sosial yang ada di negara maju tersebut, beberapa negara berkembang pun mempunyai aspek sosial yang tergolong baik. Seperti contohnya adalah negara Thailand.

Ada suatu kebiasaan orang Thailand dalam menyapa orang lain, yaitu dengan cara  salam melibatkan gerakan doa seperti dengan tangan dan juga mungkin termasuk membungkuk sedikit kepala. Salam ini sering disertai dengan senyum tenang melambangkan sebuah disposisi ramah dan sikap yang menyenangkan. Thailand sering disebut sebagai "Tanah Senyuman" dalam brosur wisata.

Sumber Gambar : Salam ala Thailand
Meunjukkan dan menampilkan kasih sayang di depan umum, tidaklah umum dalam masyarakat tradisional Thailand, khususnya antara kekasih. Teman dapat dilihat berjalan bersama bergandengan tangan, namun pasangan jarang melakukannya kecuali di wilayah kebarat-baratan. Sebuah norma sosial terkemuka menyatakan bahwa seseorang menyentuh di kepala dapat dianggap kasar. Hal ini juga dianggap tidak sopan untuk menempatkan kaki di atas kepala orang lain, terutama jika orang itu adalah berstrata sosial yang lebih tinggi. Hal ini karena rakyat Thailand menganggap kaki menjadi bagian yang paling kotor dan paling rendah dari tubuh, dan kepala bagian yang paling dihormati dan tertinggi tubuh. Ini juga mempengaruhi bagaimana Thailand duduk saat di tanah-kaki mereka selalu menunjuk jauh dari orang lain, terselip ke samping atau di belakang mereka. Menunjuk atau menyentuh sesuatu dengan kaki juga dianggap kasar.

Sumber Gambar : Panorama Thailand

Seragam sebagai suatu simbol nilai tertentu nampaknya sengaja ditanamkan sejak awal dalam diri siswa Thailand hingga perguruan tinggi. Dengan demikian  pembentukan karakter menjadi agenda paling krusial dalam sistem pendidikan di Thailand. Meskipun profesionalitas juga menjadi salah satu agenda khususnya dalam pendidikan menengah dan tinggi, tetapi profesionalisme tidak akan bermakna tanpa kekuatan karakter. Seragam siswa dan mahasiswa di Thailand tidak sekedar pakaian yang sama. Keseragaman tersebut menjadi salah satu strategi pembentukan karakter yakni kedisiplinan, kebersamaan, identitas, dan kebanggaan sebagai warga belajar di Thailand. Kedisiplinan yang ditanamkan terus-menerus menciptakan keteraturan dan penghormatan pada aturan main. Rasa kebersamaan memupus perbedaan serta kemajemukan antar kelompok. Identitas yang mudah dikenal membuat para pelajar dan mahasiswa menjaga nama baik almamater. Kebanggaan mendorong mereka bertekad mewujudkan harapan masyarakatnya. Pendidikan yang berhasil menanamkan karakter yang kuat.



Sumber Gambar : Seragam Pelajar Thailand

Pengemis atau gelandangan tampak tetapi bisa dihitung dengan tangan, sangat sedikit. Keteguhan untuk mempertahankan tulisan asli Thailand dalam pengajaran pada satu sisi menunjukkan betapa tingginya penghargaan mereka pada karya leluhur. Walaupun Thailand bermakna tanah yang merdeka (bebas), tidak berarti mereka menghilangkan nilai-nilai budaya negerinya. Meski alam demokrasi dan globalisasi merasuk ke dalam sendi kehidupan penduduk Thailand, kecintaan mereka pada Sang Raja terpatri kuat. Poster dan foto raja kadang kala disertai ratu bertengger di mana-mana. Pingir jalan, sudut kota, dinding gedung megah, sekolah, bahkan kaki lima memasang gambar raja. Sebuah tulisan besar tertera di sebuah mobil van terbaca Live King, Long Live King (Hidup Raja, Panjang Umur Raja). Meskipun modernitas amat kentara di mana-mana, tetapi rakyat Thailand tetap setia dengan tradisi dan kebudayaan leluhurnya.

Sumber Gambar : Raja Thailand

Warga Thailand, baik yang Buddha maupun Muslim begitu menghormati Raja Thailand yang saat ini berkuasa, Bhumibol Adulyadej yang bergelar Rama IX. Walau secara konstitusi sudah tidak punya kekuatan lagi tetapi segala himbauannya masih begitu didengar dan dipatuhi rakyat Thailand. Bagi warga Thai penganut Buddha malah menganggap bahwa Raja Bhumibol sebagai Dewa yang hidup di bumi. Sesuai kepercayaan penganut Buddha, bahwa setiap orang akan bereinkarnasi alias hidup kembali sesuai amal perbuatannya di kehidupan sekarang. Mereka percaya akan karma. Reinkarnasi akan berhenti ketika mencapai level Buddha, yaitu level kebaikan paling tinggi. Level dimana hidup tidak bergantung lagi pada kebutuhan yang bersifat dunia. Selalu merasa cukup walau hidup berkekurangan. Tetap hidup sederhana walau materi berlebih. Sang Raja yang saat ini berkuasa, bagi Warga Thai penganut Buddha, mereka anggap sudah mencapai level Buddha. Penghormatan kepada Raja salah satunya dengan memutar lagu untuk Raja setiap kali akan memulai pemutaran film di bioskop, dan yang hadir dalam bioskop diharapkan berdiri selama pemutaran lagu buat Raja tersebut. Nasionalisme warga Thai juga terlihat ketika setiap pukul 6 sore, di beberapa tempat umum diputarkan lagu kebangsaan Thailand, semua warga dan kendaraan akan berhenti hingga lagu selesai.

Referensi :
1. http://ahmadtakbir.blogspot.com/2013/10/serba-serbi-thailand.html
2. http://darussalampamungkas.blogspot.com/2011/10/kebudayaan-thailand.html
3. http://stainsalatiga.ac.id/mengapa-mahasiswa-thailand-berseragam/

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...